1. Arita dan Karatsu
Tembikar Arita dipercaya sudah ada sejak abad 16 [priode Momoyama], ketika seorang pembuat keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari pembuatan porselen di Jepang. Bahkan sampai priode Meiji [1868-1911] wilayah Arita merupakan pusat porselen di Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir bawah dan gaya. Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang menggunakan glasir enamel dari polychrome.
Tembikar Karatsu, juga berasal dari sekolompok orang keturunan Korea, kebanyakan produksinya untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum the (tea ceremony). Daerah ini memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari glasir besi, dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain.
Tembikar Arita dipercaya sudah ada sejak abad 16 [priode Momoyama], ketika seorang pembuat keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari pembuatan porselen di Jepang. Bahkan sampai priode Meiji [1868-1911] wilayah Arita merupakan pusat porselen di Jepang dengan gaya Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir bawah dan gaya. Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang menggunakan glasir enamel dari polychrome.
Tembikar Karatsu, juga berasal dari sekolompok orang keturunan Korea, kebanyakan produksinya untuk keperluan sehari-hari dan untuk keperluan upacara minum the (tea ceremony). Daerah ini memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari glasir besi, dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain.
2. Hagi
Keramik Hagi, kebanyakan produksi keramiknya berupa mangkok untuk tea ceremony. Keramiknya minim dengan ekspresi pribadi dan pengglasirannya sedikit buram.
3 Bizen
Keramik tampil di depan sebagai keramik utama dalam tea ceremony. Saat ini popularitas keramik ini mulai bangkit kembali setelah sempat tidak diminati beberapa kurun waktu lampau. Keramik Bizen tanah litany kaya dengan besi, dibuat tanpa glasir untuk menampilkan keindahan tanah liatnya, apalagi tekstur “benang api” dan “biji wijen” yang muncul secara alamiah akibat pembakaran.
4. Kyoto dan Tamba
Kyoto yang terkenal sebagai pusat budaya dan politik dan lebih maju secara cultural juga menjadi pusat kesenian dan kerajinan. Sehingga tidak mengherankan sebagai puast seni diikuti juga perkembangan keramiknya. Tidak hanya tembikar tradisonal akan tetapi tembikar avant-garde pun berkembang di sana.
Di daerah Tamba umumnya digunakan untuk peralatan rumah tanggal dan disukai oleh para penggiat tea ceremony.
5. Kutani dan Kanazawa
Kutani terletak di pref. Ishikawa dengan ibukatanya Kanazawajuga merupakan lokasi produksi porselen. Keramik Kutani dan Kanazawa yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya memiliki ciri khas dengan penggunaan warna dan bentuk berani. (pic6)
6. Seto dan Mino
Daerah ini berkembang subur sebagai merupakan lokasi utama tungku pembakaran sejak jaman kuno hingga sekarang. Tehnik pembuatan keramiknya dari Arita, Kyushu, seiring perkembangan jaman kini pengrajin tembikar mulai menggunakan material dan tehnik dari Eropa.
7. Tokyo dan Mashiko
Walaupun telah menjadi pusat budaya dan politik sejak abad 17, Tokyo bukanlah tempat terdapatnya tanah liat dan bukan pulak (hehe..keluar logat aslinye..) pusat tradisi pembuatan tembikar. Tokyo hanyalah kota pendukung bagi mereka yang hendak membuat tembikar karya seni. Ini didukung oleh banyaknya institusi seni, semacam universitas seni dan lain-lain.
Mashiko, terletak di uatara Kanto, termasuk pref. Tokyo merupakan pusat produksi tembikar rakyat Jepang untuk keperluan sehar-hari sejak jaman dulu. Daerah ini menjadi pusat tembikar rakyat berkat kepiawaian pengrajin tembikar Shoji Hamada yang memproduksi dan mengajarkan cara pembuatan peralatan dari tanah liat di akhir era Taisho
0 comments:
Posting Komentar